[KOLOM] Timnas Vietnam Jadi Korban Obsesi Philippe Troussier

BACA JUGA

Football5Star.net, Indonesia – Timnas Vietnam terus menukik sepeninggal Park Hang-seo. Kekalahan 0-1 dari timnas Indonesia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, 21 Maret 2023, membuat The Golden Star Warriors menelan 6 kekalahan beruntun. Jika ditarik lebih jauh, itu adalah kekalahan ke-9 dalam 10 laga terakhir.

Satu hal yang jadi sorotan tajam, dua dari 6 kekalahan terakhir Vietnam didapatkan dari Indonesia. Itu sulit diterima begitu saja karena semasa Park Hang-seo melatih, The Golden Star Warriors tak kalah dalam 5 perjumpaan. Pada level U-22 dan U-23, mereka bahkan selalu menang dalam 4 konfrontasi.

Timnas Vietnam kini menelan 6 kekalahan beruntun.
znews.vn

Keterpurukan itu sudah barang tentu tak terlepas dari sosok pengganti Park Hang-seo, yakni Philippe Troussier. Banyak pengamat sepak bola di Vietnam yang menilai pelatih asal Prancis tersebut terlalu gegabah dalam melakukan perubahan di timnas Vietnam. Sudah begitu, dia terlalu keras kepala untuk mendengarkan masukan.

Troussier secara resmi didapuk sebagai pelatih baru Vietnam pada 1 Maret 2023. Bagi Asosiasi Sepak Bola Vietnam (VFF), pelatih yang pada 21 Maret lalu genap berumur 69 tahun itu adalah safe bet karena sudah paham sepak bola di negeri itu mengingat pernah menangani timnas U-19.

Berbekal pengetahuan soal kultur sepak bola Vietnam, Troussier diyakini dapat membuat timnas Vietnam lebih baik lagi. Dengan pengalamannya yang segudang, dia pun dipercaya dapat memberikan pengayaan bagi The Golden Star Warriors dan para pemain yang berada di skuadnya.

Misi Philippe Troussier

Awalnya, tak ada yang mengkhawatirkan. Pada tiga laga awalnya, Philippe Troussier membawa timnas Vietnam menang 1-0 atas Hong Kong dan Suriah, lalu menekuk Palestina dengan skor 2-0. Namun, setelah itu, Vietnam menelan 9 kekalahan dalam 10 laga dengan hanya mencetak 7 gol dan kebobolan 22 gol.

Tak ayal, sorotan tajam pun terarah kepada pelatih yang juga pernah menangani timnas Jepang dan timnas Afrika Selatan itu. Kritik terbesar adalah soal obsesinya mengubah wajah The Golden Star Warriors. Sudah bukan rahasia, dia ingin membuat Vietnam memainkan sepak bola indah yang bertumpu pada possession.

Philippe Troussier ingin timnas Vietnam bermain cantik.
znews.vn

Sebelumnya, di bawah asuhan Park Hang-seo, Vietnam adalah tim pragmatis. Mereka biasanya menunggu lawan, lalu menusuk dengan kecepatan dari kedua sayap. Fullback mumpuni jadi andalannya. Tak heran jika Nguyen Trong Hoang dan Doan Van Hau melejit di bawah asuhannya. Para pemain pun berani duel dan provokatif.

Tak dapat dimungkiri, permainan Vietnam di bawah Troussier lebih enak ditonton. Mereka bahkan menuai pujian karena mampu menunjukkan possession football yang apik kala menghadapi timnas Jepang pada fase grup Piala Asia 2023. Mereka bahkan sempat unggul 2-1 sebelum akhirnya takluk 2-4.

Kelemahan Timnas Vietnam

Masalahnya kemudian, perubahan permainan itu tak lantas berbuah hasil positif. Total 9 kekalahan dari 13 laga yang telah dilakoni sejak Philippe Troussier menangani timnas Vietnam adalah buktinya. Itu kontras dengan sebelumnya. Vietnam mampu meraih sukses saat bermain pragmatis.

Menilik hal itu, Troussier di Vietnam bisa dikatakan sudah membuat blunder besar dengan coba memperbaiki sesuatu yang tidak rusak. Seharusnya, dia hanya menyempurnakan. Ketika sesuatu yang baik-baik saja diutak-atik, yang terjadi justru kerusakan. Itulah yang terjadi saat ini.

Do Hung Dung tak bisa jadi metronom di lini tengah timnas Vietnam.
znews.vn

Troussier terlalu mementingkan obsesinya sendiri untuk menerapkan sepak bola indah di timnas Vietnam. Memang benar, semua orang menyukai sepak bola indah, tapi sepak bola indah bukanlah untuk semua orang. Tak semua tim dapat memainkan sepak bola indah karena diperlukan komposisi pemain yang pas.

Di timnas Vietnam, sumber kegagalan sepak bola indah yang diinginkan Troussier adalah ketiadaan gelandang yang mampu menahan dan mendistribusikan bola dengan baik. Tak ada seorang dirigen dan metronom. Do Hung Dung, Nguyen Thai Son, dan Nguyen Hoang Duc bukanlah tipikal pemain seperti itu. Akibatnya, mereka kerap buntu saat menyerang.

Terlalu Keras Kepala

Philippe Troussier dengan segala pengalamannya tentu saja bukan orang bodoh. Dia tahu persis limitasi yang dimiliki timnas Vietnam. Dalam sebuah wawancara pada akhir Januari lalu, dia menyebut komposisi strategi timnya adalah 80% tim dan hanya 20% individual. Idealnya, kata dia, seimbang alias 50-50.

Menurut Troussier, level pemain Vietnam maih jauh dari para koleganya di Jepang atau Korea Selatan. Mereka kalah dalam skill, pengalaman, dan kekuatan fisik. Anehnya, kesadaran itu tak lantas membuat Troussier lebih realistis. Tetap saja, ego mengalahkan rasionalitasnya. Dia cenderung keras kepala, tak mau mendengarkan kritik.

Nguyen Quang Hai dan Nguyen Van Toan dicadangkan Philippe Troussier di SUGBK.
znews.vn

Jelang lawatan ke Indonesia lalu, sudah banyak pakar yang mewanti-wanti agar menurunkan lebih banyak pemain senior. Salah satu pertimbangannya, mereka akan bermain di bawah tekanan 80.000 penonton. Padahal, Troussier tahu persis dua laga melawan Indonesia sangat krusial dalam perebutan tiket ke putaran III.

Oleh Troussier, semua itu hanya dianggap angin lalu. Buktinya, dia menyimpan Nguyen Tien Linh, Nguyen Van Toan, dan Nguyen Quang Hai di bangku cadangan. Tien Linh baru masuk pada menit ke-61 atau 9 menit setelah gol Indonesia. Van Toan hanya diberi kesempatan bermain selama 8 menit. Adapun Quang Hai sama sekali tak diturunkan.

Malam nanti, di Stadion My Dinh, Philippe Troussier akan kembali berhadapan dengan perang antara ego dan rasionalitas. Akankah dia tetap keukeuh atau mengubah taktik demi membawa timnas Vietnam menekuk timnas Indonesia? Bagaimanapun, kemenangan adalah harga mati bagi mereka pada laga nanti.

More From Author

Berita Terbaru