Football5Star.net, Indonesia – Soal pengalaman internasional dan reputasi, Supachok Sarachat memang lebih baik dari Ekanit Panya. Namun, siapa sangka, soal gaji di J.League ternyata justru kalah dari rekan senegaranya itu. Berdasarkan Soccer Money, ada selisih 1 juta yen (sekitar Rp104,6 juta) di antara gaji kedua pemain itu.
Seperti diketahui, Supachok dan Ekanit adalah dua pemain Thailand dan ASEAN yang berkiprah di kasta tertinggi Liga Jepang. Sejak Januari 2023, Supachok membela Hokkaido Consadole Sapporo. Adapun Ekanit memperkuat Urawa Red Diamonds mulai akhir Juli tahun yang sama.
Isi Artikel
Supachok Digaji 26 Juta Yen
Menurut Soccer Money, untuk gelaran J.League 2024, Supachok mendapatkan gaji 26 juta yen (sekitar Rp2,72 miliar). Itu mengalami kenaikan dari gaji musim sebelumnya yang hanya sebesar 18 juta yen (sekitar Rp1,88 miliar). Namun, kenaikan itu ternyata masih kalah dari besaran gaji yang diterima Ekanit di Urawa Reds.
Setelah masa pinjamannya diperpanjang hingga akhir 2024, Ekanit mendapatkan gaji 27 juta yen (sekitar Rp2,825 miliar). Angka yang lebih besar dari Supachok di Sapporo itu cukup mengejutkan. Bukan apa-apa, sepanjang musim lalu, Ekanit hanya main 373 menit dalam 11 laga dengan torehan 1 gol dan 1 assist.
Statistik gelandang berumur 24 tahun itu kalah dari Supachok yang lebih mentereng bersama Sapporo. Kakak Suphanat Mueanta tersebut telah tampil 1.692 menit dalam 38 pertandingan di berbagai ajang dengan kontribusi 9 gol dan 5 assist. Dia pun telah 15 kali tampil sebagai starter dan 7 kali tampil penuh selama 90 menit.
Masih Jauh dari Chanathip
Terlepas dari hal itu, besaran gaji Supachok Sarachat dan Ekanit Panya masih belum ada apa-apanya dibanding beberapa pemain Thailand lain yang lebih dulu berkiprah di J. League. Sebut saja gelandang Chanathip Songkrasin, striker Teerasil Dangda, dan bek kiri Theerathon Bunmathan.
Hingga saat ini, Chanathip masih memegang rekor. Saat membela Kawasaki Frontale 2022, dia digaji 70 juta yen. Sebelumnya, dia mendapatkan gaji 40 juta yen pada 2 musim terakhir di Consadole Sapporo. Adapun pada musim terakhirnya di Jepang, dia hanya menerima gaji 38 juta yen.
Di bawah Chanathip ada Teerasil Dangda. Striker kenamaan Thailand itu sempat menerima gaji 55 juta yen saat membela Sanfrecce Hiroshima pada 2018. Itu lebih tinggi 5 juta yen dari gaji tertinggi yang pernah didapatkan Theerathon Bunmathan. Sang bek kiri digaji 50 juta yen oleh Vissel Koba pada 2018 serta Yokohama F. Marinos pada 2021 dan 2022.
Ekanit di Bawah Rata-Rata
Meskipun lebih tinggi dari Supachok Sarachat, gaji Ekanit Panya di Urawa Reds pun ternyata masih di bawah rata-rata. Bahkan, gajinya yang mencapai 27 juta yen itu hanya 52% dari rerata gaji seluruh pemain di klubnya yang mencapai 51,75 juta yen (sekitar Rp.5,41 miliar). Dari total 32 pemain, Ekanit berada di posisi ke-22.
Itu cukup berbeda dengan Supachok Sarachat di Hokkaido Consadole Sapporo. Gaji 26 juta yen ternyata sudah melampaui rata-rata gaji di klubnya itu. Untuk J. League musim ini, rerata gaji pemain Sapporo hanya 23,57 juta yen (Rp2,47 miliar). Supachok pun berada di posisi ke-13 dari 29 di skuad Sapporo.
Perbedaan mencolok tersebut tak terlepas dari disparitas yang ada di kedua klub. Di Urawa, gaji tertinggi 170 juta yen dan terendah 4,5 juta yen. Artinya, ada selisih sebesar 165,5 juta yen. Adapun di Sapporo, gaji tertinggi sebesar 90 juta yen dan terendah 4,2 yen. Selisih antara gaji tertinggi dan terendah pun hanya 85,8 juta yen.
Kuasa Striker di J.League
Gaji tertinggi di Urawa Red Diamonds diperoleh Alexander Scholz. Namun, angka 170 juta yen yang didapatkan bek asal Denmark itu ternyata masih terpaut jauh dari jajaran pemain dengan gaji tertinggi di J.League musim ini. Angka itu bahkan tak mencapai 50% dari gaji tertinggi.
Untuk musim ini, pemain yang memuncaki daftar gaji di J.League adalah Yuya Osako. Pemain yang pernah malang melintang di Liga Jerman tersebut mendapatkan gaji 380 juta yen (sekitar Rp39,77 miliar) dari Vissel Kobe. Musim lalu, Osako berada di posisi ke-2 dengan gaji 350 juta yen. Dia kalah dari Andres Iniesta yang digaji 2 miliar yen.
Osako juga jadi simbol dominasi para striker di daftar penerima gaji tertinggi di J. League. Untuk musim ini, urutan 1-5 diisi para striker. Di bawah Osako, ada Casper Juncker (245 juta yen), Anderson Lopez (210 juta yen), Yoshinori Muto (190 juta yen), dan Bafetimbi Gomis (180 juta yen).