Nenek Jordi Amat Menangis Tiap Kali Dengar Indonesia Raya

BACA JUGA

Football5Star.net, Indonesia – Jordi Amat menyebut kalau neneknya acap menangis setiap kali mendengar lagu kebangsaan, Indonesia Raya. Bahkan, ketika dirinya absen karena cedera pun, sang nenek tetap terharu karena tak menyangka bisa berada di Indonesia.

Seperti diketahui, Jordi Amat memang sudah resmi menjadi Warga Negara Indonesia sejak 2023. Dia pun menjalani debut bersama Garuda di Piala AFF 2022. Debutnya pun mengesankan usai membantu Indonesia menang 2-1 atas Kamboja saat itu.

Nenek Jordi Amat Menangis Tiap Kali Dengar Indonesia Raya
Instagram Hasani Abdulgani

Kini, bek berusia 32 tahun itu telah memiliki 17 caps bersama timnas Indonesia dan kemas satu gol. Sampai kini pun dia dan neneknya masih tak menyangka bisa berada di Indonesia. Bahkan, Jordi Amat bercerita ketika menyaksikan Indonesia main lawan Vietnam, 21 Maret lalu dari tribune Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), neneknya tetap menangis dengar Indonesia Raya.

“Meski saya tidak bermain karena cedera, nenek saya menangis. Dia menangis di setiap pertandingan karena dia sangat bahagia. Dia masih tidak percaya kami berdua ada di sini, di Indonesia,” ungkap Jordi Amat dikutip Sport Bible.

Nenek Jordi Amat Memang Harus Pindah dari Indonesia Sejak 8 Tahun

Isje, nenek Jordi Amat dibesarkan di Makassar, sebuah kota pelabuhan yang terletak di pulau Sulawesi. Namun pada usia delapan tahun, dia meninggalkan Indonesia saat konflik dan pindah ke Eropa.

Merupakan kejutan besar baginya untuk meninggalkan segalanya dan pindah ke negara baru. Isje akhirnya bertemu dengan seorang pria bernama Wil Maas di Universitas Tilburg di Belanda. Isje kemudian hamil pada usia 18 tahun, artinya mereka harus menikah. Itu adalah masa yang sulit.

Nenek Jordi Amat Menangis Tiap Kali Dengar Indonesia Raya
Instagram Hasani Abdulgani

“Itulah yang terjadi pada masa itu. Tradisi Katolik masih sangat kuat saat itu. Tidak ada yang percaya pernikahan itu akan bertahan lama; kami belum terlalu lama mengenal satu sama lain dan perbedaan budaya serta usia sangat besar,” kata Isje.

“Di sekitar kami, kami menyaksikan banyak hubungan berakhir akibat perkembangan ekonomi dan ideologi Marxis. Seorang teman sekelas saya yang ahli dalam bidang statistik mengatakan kepada saya bahwa kami memiliki peluang 10 persen untuk tetap menikah selama satu tahun. Saya tahu banyak gadis seperti saya yang terpaksa menyerahkan bayinya pada masa itu. Setiap kali saya membaca atau mendengarnya, saya menjadi emosional,” tutup nenek Jordi Amat tersebut.

More From Author

Berita Terbaru