Jairzinho, Pahlawan Terlupakan Brasil di Piala Dunia 1970

BACA JUGA

Football5Star.com, Indonesia – Piala Dunia 1970 momen dimana orang-orang melihat salah satu tim terbaik sepanjang sejarah sepak bola, Brasil. Pele tentu saja adalah satu orang yang paling diingat dalam skuat itu. Namun pemain yang sebenarnya paling tampil konsisten di kompetisi itu, adalah Jairzinho.

The Hurricane, julukan Jairzinho, mencatatkan satu rekor luar biasa yang bahkan sejauh ini belum ada lagi pemain yang bisa melakukannya di Piala Dunia. Dia mencetak gol di semua laga yang Brasil mainkan di Piala Dunia 1970.

Jairzinho, Legenda Botafogo, Mengidolai Garrincha

Jairzinho, Pahlawan Terlupakan Brasil di Piala Dunia 1970 (Pinterest)
Pinterest

Jair Ventura Filho, lahir pada 25 Desember 1944 di Rio de Jainero. Jairzinho kecil sudah langsung menyukai sepak bola dan masuk ke akademi Botafogo pada usia 13 tahun di 1958. Dia juga saat itu bekerja sebagai ball boy untuk tim utama.

Saat itu Botafogo memilki seorang superstar, pemain sayap kanan, Garrincha, yang nantinya akan tampil luar biasa menggantikan Pele di Piala Dunia 1962. Wajar saja jika Jairzinho kecil mengidolai sang pemain. Tapi hal ini justru yang membuat performa Jairzinho tak berkembang di awal kariernya.

Dia memilih posisi sayap kanan sebagai posisi utamanya, sama seperti Garrincha. Tapi saat dia berhasil masuk ke tim utama pada usia belia, 15 tahun, pada 1960, dia lebih sering dipasang sebagai sayap kiri atau penyerang karena keberadaan Garrincha. Dia akan bermain sebagai sayap kanan saat Garrincha cedera.

Namun walaupun begitu, dia sudah menjadi pemain reguler sejak 1965 dan karena performanya bersama klub, dia yang masih berusia 21 tahun dipanggil ke skuat utama Brasil untuk Piala Dunia 1966.

Datang sebagai juara dua kali beruntun, Brasil tampil buruk di Inggris. Walaupun berhasil menang di laga pertama melawan Bulgaria, mereka kalah di dua laga selanjutnya melawan Hungaria dan Ceko dan gugur di babak grup.

Jairzinho kembali dimainkan di posisi sayap kiri karena ada Garrincha di sayap kanan, dan itu tak berhasil sama sekali. Jairzinho membencinya, begitu juga para fans.

Jairzinho, Pahlawan Terlupakan Brasil di Piala Dunia 1970 (The Sun)
The Sun

Walaupun dia sangat mengidolai Garrincha dan bermain di posisi yang sama dengannya, cara bermain Jairzinho dan Garrincha cukup berbeda.

Garrincha merupakan tipikal pemain sayap Brasil pada umumnya, cepat, lincah dan sering melakukan drible cantik melewati lawannya.

Sementara Jairzinho dia lebih mengandalankan umpan, pergerakan, timing, dan skill terbesarnya ada di kekuatannya. Struktur tubuhnya yang kuat membuat dirinya sangat sulit untuk dijatuhkan, bahkan dikabarkan butuk tiga orang untuk paling tidak menjatuhkannya saat dia memegang bola.

Setelah Piala Dunia 1966, Garrincha yang saat itu berusia 33 tahun memutuskan untuk pensiun dari timnas Brasil dan pindah ke Corinthians. Dan hal ini membawa angin segar untuk Jairzinho karena dia bisa bermain di posisi naturalnya.

Puncak Karier dan Piala Dunia 1970

Dia berhasil membawa Botafogo meraih gelar Taca Brasil (liga Brasil) pada 1968 yang mana ini adalah gelar liga pertama Botafogo, dan Campeonato Carioca (liga lokal Rio de Jainero) pada 1967 dan 1968.

Tapi puncak kariernya terjadi di Piala Dunia 1970 di Meksiko. Selecao berada satu grup dengan Cekoslowakia, Inggris dan Romania.

Pada laga pertama, Brasil menang dengan mudah dan unggul 2-1 sampai menit ke-60 dengan gol dari Rivelino dan Pele. Setelah itu, Jairzinho berhasil mencetak dua gol tambahan dan merubah skor menjadi 4-1. Dua gol, satu laga.

Di laga kedua, mereka bertemu juara bertahan Inggris dan laga berjalan alot. Tapi, Jairzinho berhasil menciptakan momen magis dan merubah skor menjadi 1-0 dan skor itu bertahan hingga akhir laga. Tiga gol, dua laga.

Jairzinho, Pahlawan Terlupakan Brasil di Piala Dunia 1970 (British GQ)
British GQ

Pada laga ketiga, Brasil berhasil menang 3-2 melawan Romania dengan Pele mencetak dua gol dan Jairzinho kembali mencetak gol. Empat gol, tiga laga.

Brasil bertemu tim sesama Amerika Selatan, Peru pada babak perempat final. Selecao sempat unggul 3-1 sampai menit ke-52. Teofilo Cubillas memperkecil keadaan menjadi 3-2 pada menit ke-70. Namun Jairzinho mengunci kemenangan pada menit ke-75 dan merubah skor menjadi 4-2. Lima gol, empat laga.

Pada babak semifinal, Brasil bertemu rival, Uruguay. Laga berjalan sangat sulit untuk Selecao dan mereka tertinggal lebih dulu. Clodoaldo berhasil menyamakan kedudukan sebelum babak pertama usai.

Lalu pada menit ke-76, Jairzinho kembali menjadi penentu dan membawa Brasil membalikkan keadaan sebelum Rivelino mengakhiri pertandingan dengan golnya di penghujung laga. Enam gol, lima laga.

“Jairzinho adalah pemain yang sangat kuat, dan dia menikmati Piala Dunia yang sempurna. Saya tidak berpikir Anda bisa memberinya nilai kurang dari 10 dari 10. Dia fantastis,” kata Clodoaldo.

Brasil berhasil lolos ke final dan akan melawan juara bertahan Eropa, Italia.Tapi bahkan bagi juara Eropa, Brasil saat itu memang terlalu kuat, Selecao berhasil menang dengan skor telak 4-1, dan tentu saja, Jairzinho berhasil mencetak gol. Tujuh gol, enam laga.

Dia berhasil mencetak gol ketiga dan membawa Selecao meraih gelar Piala Dunia ketiganya. Brasil berhasil menjadi juara dengan memenangkan seluruh enam laga dan Jairzinho berhasil mencetak gol di semua laga yang dimainkan.

Dia menjadi pemain kedua setelah pemain Uruguay Alcide Ghiggia pada Piala Dunia 1950 yang berhasil melakukan itu. Namun Ghiggia hanya bermain empat laga, sementara Jairzinho enam laga.

“Semua gol saya sangat penting karena ini adalah yang masa emas saya, puncak karir saya. Saya dihargai dengan memenangkan trofi Jules Rimet dan dinobatkan sebagai ‘The Hurricane of the World Cup‘, setelah mencetak tujuh gol dalam enam pertandingan,” ujarnya.

“Dari dua gol pertama melawan Cekoslowakia hingga gol terakhir melawan Italia, semuanya sangat berarti bagi saya.”

Pindah ke Eropa dan Penururan Karier

Setelah Piala Dunia 1970, Jairzinho masih bermain untuk Botafogo sampai Piala Dunia 1974 dimana dia hanya mampu membawa Selecao finis di posisi ketiga dan mencetak dua gol.

Dia memutuskan untuk memulai karier di Eropa dan bergabung ke Marseille. Tapi sayang permasalahan dengan manajemen membuat kariernya di Eropa hanya bertahan satu tahun. Tapi Jairzinho masih mampu mencetak 9 gol dari 18 laga.

Setalah itu dia bermain di Afrika Selatan bersama Kaizer Chiefs sebelum akhirnya kembali ke Brasil pada 1976 dengan memperkuat Cruzeiro dan secara luar biasa berhasil membawa tim itu juara Copa Libertadores.

Tapi setelah itu, dia lalu berpindah-pindah klub sebelum akhirnya kembali ke Botafogo pada 1981 dan memutuskan pensiun di klub Ekuador, 9 de Octubre pada 1982.

More From Author

Berita Terbaru