Editorial: Menilik Langkah Madrid Datangkan Courtois

BACA JUGA

Yosua Eka Putra
Football, music, movie and snack addict. Online Journalist @Football5star. Goalkeeper. #ENFJ

Banner Footbal Live Star-Football5star

Football5star.com, Indonesia – Ambisi Presiden Real Madrid, Florentino Perez, mendatangkan kiper top akhirnya terwujud. Secara resmi, Los Blancos menuntaskan proses transfer Thibaut Courtois pada Kamis (9/8/2018). Madrid merogoh kocek 35 juta euro untuk membajak pemain berusia 26 tahun itu dari Chelsea.

Madrid bukan kota yang asing bagi Courtois. Dia pernah memperkuat Atletico Madrid dengan status pinjaman dari Chelsea selama tiga musim (2011-2014). Bersama Los Rojiblancos, potensi kiper timnas Belgia itu kian matang. Courtois pun merasakan sejumlah gelar bersama klub besutan Diego Simeone.

Courtois harus mengubur segala kenangan indah bersama Atletico. Mulai musim 2018-19, dia bakal mengawal jala sang rival sekota. Bahkan, Courtois akan menghadapi mantan klubnya itu dalam Piala Super Eropa pada 15 Agustus mendatang.

Kedatangan Thibaut Courtois menjadi ancaman bagi Keylor Navas. Praktis, posisi dia rawan tergusur. Namun, Navas menegaskan tidak akan menyerah dan siap memperjuangkan statusnya sebagai kiper utama Madrid.


Amnesti Si Antagonis
Thibaut Courtois, Real Madrid
(Sesi perkenalan Thibaut Courtois di stadion Real Madrid, Santiago Bernabeu/Dok. AS)

Rasa bangga menyelimuti Thibaut Courtois ketika diperkenalkan sebagai pemain baru Madrid. Pemain yang mengawali karier profesional bersama KRC Genk itu mendapat sambutan hangat dari Perez. Begitu pula dari para fan Madrid yang menghadiri presentasi Courtois di Santiago Bernabeu.

“Hari ini adalah impian yang terwujud bagi saya. Anda tidak bisa membayangkan betapa bahagianya saya. Bergabung dengan klub terbaik di dunia adalah sebuah tanggung jawab dan kehormatan. Saya berterima kasih atas upaya Madrid untuk saya dan semua orang yang berkontribusi dalam kepindahan saya ke klub ini,” ungkapnya.

Courtois pernah menjadi sosok antagonis bagi Real Madrid ketika masih berseragam Atletico beberapa musim lalu. Menurut catatan sejarah, dia menjadi pemain ke-45 yang pernah memperkuat dua klub raksasa Madrid tersebut.

Selain itu, Thibaut Courtois memiliki “dosa” yang sempat melukai hati para Madridistas. Dia pernah menyanyikan lagu anti-Madrid setelah membawa Atletico merengkuh trofi Copa del Rey musim 2012-13. Nasi sudah menjadi bubur. Tak ada hal lain yang bisa dia lakukan selain melayangkan apologi kepada publik Bernabeu.

Dia sempat mencium lambang Los Blancos di bagian depan seragam Madrid dalam sesi foto. “Saat itu saya masih muda. Saya terjebak dalam momen, namun saya meminta maaf karena itu bukanlah saya yang sesungguhnya. Saya akan memberikan segalanya untuk Real Madrid,” serunya.

Madrid seakan memberi pengampunan. Namun, bukan tanpa syarat. Courtois diharap bisa menunjukkan komitmen dan kontribusi bagi Los Blancos untuk terus meraih kesuksesan.

“Determinasi, komitmen dan talenta membawa Anda ke klub ini. Mulai hari ini, Anda akan mengenakan kostum klub yang telah meraih 13 trofi Liga Champions dan tak mengenal kata mustahil. Terima kasih untuk menerima tantangan ini,” sambut Perez.


Ego Perez
thibaut courtois, florentino perez, real madrid
(Thibaut Courtois bersama Presiden Real Madrid, Florentino Perez/Dok. ZImbio)

Tak berlebihan jika menganggap Courtois sebagai salah satu kiper terbaik dunia saat ini. Dalam beberapa tahun terakhir, dia menunjukkan performa impresif dan konsisten di bawah mistar gawang. Zamora Trophy 2013 dan 2014, Premier League Golden Glove 2016-17 dan FIFA World Cup Golden Glove 2018 menjadi bukti nyatanya.

Akan tetapi, penjaga gawang bukan sektor yang urgen untuk dibenahi Madrid. Mereka masih memiliki stok kiper yang memadai. Selain Navas, ada pula nama Kiko Casilla dan Luca Zidane. Bahkan, sebelum membeli Courtois, El Real sudah lebih dulu merekrut kiper berbakat Ukraina, Andriy Lunin.

Ironisnya, Madrid belum berhasil mencari pengganti mesin golnya, Cristiano Ronaldo, yang hijrah ke Juventus pada Juli lalu. Los Blancos juga tak berinisiatif menambah amunisi bek tengah. Padahal, mereka hanya memiliki tiga pemain berpengalaman di sektor itu, yakni Sergio Ramos, Raphael Varane dan Nacho Fernandez.

Bicara soal statistik Navas dan Courtois, sebetulnya tidak ada disparitas yang tajam. Dalam beberapa aspek, Navas justru lebih unggul ketimbang rekannya. Dia juga menepis dua penalti dari empat kesempatan, sedangkan Thibaut Courtois selalu gagal dalam dua percobaan.

statistik keylor navas vs thibaut courtois-real madrid-squawka
(Perbandingan statistik Keylor Navas dan Thibaut Courtois pada musim 2017-18/Dok. Squawka)

Sebelumnya, Real Madrid nyaris mendapatkan kiper Manchester United, David De Gea. Proses transfer gagal terealisasi akibat kerusakan mesin faksimile yang seharusnya digunakan Man. United untuk mengirim dokumen jelang penutupan bursa transfer musim panas 2015. Setelah itu, Los Blancos juga dihubungkan dengan beberapa nama kiper top lainnya, seperti Gianluigi Donnarumma dan Alisson Becker.

Perez merupakan otak di balik langkah Madrid membeli kiper baru. Dua pelatih terakhir Los Blanco, Zinedine Zidane dan Julen Lopetegui, tak pernah sekali pun melayangkan permintaan tersebut. Dalam beberapa kesempatan, keduanya juga menyatakan dukungan penuh kepada Navas.

Transfer Courtois terjadi semata karena gengsi Perez. Nama Navas memang kalah tenar jika dibandingkan dengan kiper utama klub-klub raksasa Eropa lainnya. Apalagi, sejak memimpin Madrid, Perez selalu berambisi memiliki skuat bertabur bintang di setiap lini.

Padahal, Navas turut berjasa membantu Madrid meraih banyak trofi bergengsi, termasuk Liga Champions tiga musim terakhir. Semua jasa kiper timnas Kosta Rika itu seakan tak diperhitungkan oleh sang presiden klub. Namun, bukan hanya dia yang pernah mengalami hal serupa.

Banyak anggapan miring muncul mengenai Perez. Mulai dari arogan hingga tidak tahu balas budi. Semua komentar buruk itu muncul karena perilaku buruk dia kepada beberapa pemain yang pernah berkontribusi besar bagi kesuksesan Madrid pada era kepemimpinannya, seperti Raul Gonzalez, Iker Casillas dan Cristiano Ronaldo.


Renjana Anak Tiri
keylor navas, real madrid
(Kiper Real Madrid, Keylor Navas/Dok. Marca)

Seperti peribahasa tak ada gading yang tak retak, begitu pula pesepak bola di lapangan hijau. Tak ada seorang pun yang luput dari kesalahan. Tidak terkecuali Navas yang kerap menjadi sorotan lantaran beberapa kali melakukan blunder.

Teranyar, dia melakukan kesalahan yang berujung terciptanya gol Juventus di leg kedua perempat final Liga Champions pada 12 April lalu. Real Madrid akhirnya kalah dengan skor 1-3. Beruntung, mereka lolos ke semifinal dengan agregat 4-3.

Navas membayar lunas kesalahannya dengan performa gemilang dalam leg kedua semifinal melawan Bayern Munich Mei lalu. Selama 90 menit, kiper Kosta Rika tersebut melakukan 10 penyelamatan dan membuat kubu lawan frustrasi. Meski skor berakhir 2-2, Los Blancos melenggang ke final dengan agregat 4-3.

Setelah laga berakhir, Navas mendapat pujian dari pelatih Bayern, Jupp Heynckes. “Kami mampu mendominasi pertandingan, tetapi Madrid dapat menghalau serangan kami. Saya pikir, mereka harus berterima kasih kepada Navas atas penampilan spektakulernya, terutama jelang akhir laga,” ucapnya.

Navas memang beberapa kali membuat kesalahan yang merugikan Madrid. Meski begitu, kontribusi dan jasanya atas prestasi Los Blancos tidak bisa dipandang sebelah mata. Kini, dia berada dalam posisi sulit menyusul kedatangan Thibaut Courtois.

Dalam beberapa musim terakhir, Real Madrid terus memburu kiper anyar. Terakhir, Los Blancos sempat mengejar Kepa Arrizabalaga yang akhirnya memilih bertahan di Athletic Bilbao pada Januari 2018. Situasi tersebut tak lantas membuat keyakinan Navas goyah. Dia terus berjuang membuktikan kelayakannya mengenakan kostum Los Blancos.

Kendati demikian, Navas terus diperlakukan seperti anak tiri oleh Perez. Alih-alih merajuk, dia justru tidak gentar menghadapi persaingan untuk menjadi kiper utama El Real. “Saya mengatakan ini dengan penuh keyakinan. Tekad saya tetap sama, yakni berjuang meski harus mati,” tutur kiper berusia 31 tahun tersebut.

Pada akhirnya, semua keputusan kembali ke tangan Lopetegui perihal siapa yang bakal mengawal gawang Real Madrid. Di atas kertas, Thibaut Courtois lebih diunggulkan untuk menjadi starter. Namun, bukan berarti Navas tidak punya kans mempertahankan posisinya.

Kebijakan rotasi pun bisa diterapkan. Pada musim 2013-14, Diego Lopez menjadi andalan di kompetisi domestik dan Iker Casillas di Liga Champions. Hal ini bisa membantu Courtois beradaptasi dengan gaya bermain Real Madrid.

Punya latar belakang membela klub rival harus menjadi perhatian Courtois. Terlebih dia pernah menyinggung perasaan Madridistas lewat kicauannya dulu. Jika tak menunjukkan performa apik dan konsisten, dia tidak hanya kehilangan kepercayaan dari Lopetegui. Para fan Madrid pun bakal tak simpatik dan mengungkit luka lama. Itu bisa memberi jalan bagi Navas untuk kembali menjadi pilihan nomor satu di bawah mistar gawang Madrid.

More From Author

Berita Terbaru