Berakhirnya Perseteruan Arsene Wenger dengan Bernard Tapie

BACA JUGA

Football5star.com, Indonesia – Kabar duka datang dari sepak bola Prancis. Salah satu tokoh sepak bola Prancis yang juga mantan presiden Olympique de Marseille, Bernard Tapie, mengembuskan napas terakhir pada Minggu (3/10/2021) waktu setempat .

Wafatnya Bernard Tapie tentu jadi duka bagi publik sepak bola Prancis, khususnya para pendukung Marseille. Tapi, apakah duka itu juga ada pada diri Arsene Wenger? Sosok Tapie di mata Wenger ialah musuh abadinya. Kepemipinan Tapie di Marseille pada era 90-an yang membuat Wenger harus menepi ke Liga Jepang.

Perseteruan dengan Tapie diungkap asisten Wenger semasa di AS Monaco, Jean Petit. Menurut Petit, keduanya bak kucing dan anjing. Mereka tidak akan pernah akur hingga ajal memisahkan.

Bernard Tapie Wafat, Zidane dan Benzema Rasakan Duka Mendalam
RMC Sport

“Itu adalah perang sampai mati di antara mereka,” ucap Jean Petit seperti dikutip Football5Star.com dari The Guardian, Senin (4/10/2021).

Pada periode itu, pertemuan mereka saat Monaco vs Marseille sebagai hal yang menakutkan. “Kebencian meluas jauh melampaui apa pun yang pernah kita lihat dari pertengkaran antara Sir Alex Ferguson dengan Jose Mourinho misalnya. Setidaknya pertengkaran mereka ialah antarpelatih,” urai Petit lagi.

Sikap antipati Wenger kepada Bernard Tapie berawal dari tudingan pelatih berjuluk Profesor itu atas dugaan praktek curang yang dilakukan Marseille pada era 90-an.

Arsene Wenger merasa Monaco pada periode itu dikerjai oleh Marseille. Wenger bahkan sempat membuat petisi agar pertandingan final Piala Winners yang mempertemukan Monaco vs Werder Bremen ditunda.

Arsene Wenger Saya Dikritik Secara Tak Adil Saat Tahun-tahun Terakhir di Arsenal (Le10Sport)
Le10Sport

Petisi itu dibuat Wenger sebagai buntut dari tragedi di Corsica pada laga semifinal Coupe de France yang mempertemukan Marseille vs Bastia. Pada laga itu tribun stadion runtuh yang menewaskan 18 orang dan melukai 2300 penonton lainnya.

Monaco memang tidak bertanding pada laga itu, namun menurut Wenger, mereka juga memiliki teman dan keluarga yang menjadi korban pada tragedi tersebut. Petisi tak dikabulkan dan Monaco menyerah 0-2 dari Bremen.

Arsene Wenger Ungkap Soal Korupsi di Ligue 1

Pada 2001, Wenger mengatakan bahwa suap dan korupsi di Ligue 1 mempengaruhi keputusannya untuk pindah ke Liga Jepang. Faktanya pada 1994, Marseille memang dinyatakan bersalah untuk kasus tersebut.

Jean-Jacques Eydelie, gelandang Marseille terbukti telah menghubungi tiga pemain Valenciennes – Jorge Burruchaga, Christophe Robert dan Jacques Glassman pada kasus yang menggemparkan Eropa itu.

Pertemuan keempat orang itu untuk mengatur pertandingan antara kedua tim yang berlangsung enam hari sebelum Marseille lakoni laga final Liga Champions 1993 di Munich. Eydelie meminta para pemain Valenciennes untuk bersikap santai selama melawan Marseille.

Bernard Tapie Wafat, Zidane dan Benzema Rasakan Duka Mendalam
RMC Sport

Kasus ini membuat klub yang dipimpin oleh Tapie harus kehilangan juara Liga Prancis dan terdegradasi di divisi dua selama dua musim, meski gelar Liga Champions itu masih tetap bisa mereka pertahankan.

Tidak hanya itu, Tapie juga harus mendekam selama enam bulan di penjara dari hukuman selama dua tahun karena keterlibatan korupsi dan kasus suap lainnya.

Yang menjadi kekhawatiran Wenger saat itu ialah bahwa praktek suap yang dilakukan manajemen Marseille memiliki dampak lebih masif. Wenger dalam otobiografinya yang rilis pada 2006 menyebut ada pendekatan ilegal yang dilakukan pihak OM kepada sejumlah pemain, termasuk anak asuhnya di Monaco.

Wenger mengaku memiliki bukti verbal yang kredibel dari salah satu pemiannya yang merinci tawaran suap dan mantan asistennya, Jean Petit juga siap memberikan saksi di pengadilan.

“Dia percaya itu. Itu membuat Arsene sangat terluka. Itu membuat semua sepak bola Prancis sangat terluka. Sejarah telah menunjukkan hal-hal berbeda pada saat itu,” kata mantan pemain AS Monaco, Claude Puel.

More From Author

Berita Terbaru