Football5Star.net, Indonesia – Sepak bola menyerang dengan basis penguasaan bola. Gaya itulah yang ingin diterapkan Patrick Kluivert di timnas Indonesia. Maklum saja, sebagai figur yang tumbuh dari Dutch Soccer School, totaal voetbal adalah kiblat Kluivert. Tak mungkin dia akan berkhianat dengan mengusung sepak bola negatif.
Dalam sejarahnya, oleh Rinus Michels pada 1970-an, totaal voetbal diejawantahkan dalam formasi 4-3-3. Tak heran bila dalam berbagai kesempatan, Kluivert selalu ditanya apakah akan mengusung formasi itu saat menangani timnas Indonesia nanti. Jawabannya tentu saja tidak gamblang. Bagaimanapun, taktik adalah hal yang bersifat rahasia.

Setiap kali ditanya hal itu, Kluivert hanya menjawab, dia memang menyukai formasi 4-3-3. Namun, putusan soal formasi yang dipakai pada setiap laga akan ditentukan oleh banyak faktor. Di antaranya kekuatan lawan dan gaya main yang diusungnya. Tim asuhannya harus adaptif terhadap hal tersebut.
Satu hal menarik, pada praktiknya, Kluivert sebagai pelatih jarang memakai pola 4-3-3. Bersama Adana Demispor, dari 20 pertandingan, dia hanya 1 kali mengusung formasi itu. Sisanya, eks striker timnas Belanda tersebut selalu mengusung 4-2-3-1. Sebelumnya, saat di timnas Curacao, dia cuma 4 kali memakai pola itu dari total 14 pertandingan pada 2 periode.
Timnas Indonesia Tak Pakai 3 Bek?
Kecenderungan Patrick Kluivert memakai pola 4-2-3-1 bukan berarti dia menafikan totaal voetbal. Patut dicatat, pola atau formasi tidak melekat pada gaya main, demikian pula sebaliknya. Totaal voetbal tidak selalu harus diterapkan dengan pola 4-3-3 dan tim yang memakai pola 4-3-3 belum tentu mengusung totaal voetbal.
Ambil contoh Louis van Gaal. Saat awal-awal menangani Ajax pada 1990-an, dia hampir selalu menggunakan pola 4-3-3. Begitu pula saat melatih Barcelona. Namun, pada perkembangannya, dia mengusung 4-4-2 saat di AZ Alkmaar, lalu 4-2-3-1 kala melatih Bayern Munich. Terakhir, dia memakai 3-4-1-2 dan 4-3-3 di timnas Belanda.

Nah, soal pola 3-4-1-2, ada kemungkinan besar timnas Indonesia di bawah Kluivert nanti menggunakan pola ini. Hal itu tak terlepas dari faktor Alex Pastoor sebagai asisten pelatih. Semasa menangani Almere City FC di Eredivisie, inilah pola yang paling sering digunakan Pastoor. Sebelumnya, di Keuken Kampioen Divisie, polanya 4-3-1-2 atau 4-3-3.
Mengingat Pastoor disebut-sebut sebagai sosok yang akan jadi juru taktik yang sebenarnya, bukan tak mungkin pola 3-4-1-2 ini yang jadi pakem utama Tim Merah Putih. Artinya, masih terbuka kemungkinan Indonesia bermain dengan 3 bek tengah seperti saat ditangani Shin Tae-yong walaupun dengan pendekatan berbeda.
Tergantung Identifikasi
Pada akhirnya, penentuan pilihan pola baku yang akan diusung Patrick Kluivert nanti akan sangat bergantung pada identifikasinya terhadap timnas Indonesia. Jika menilai Indonesia memang berada di atas lawan-lawan yang dihadapi, dia pasti tak akan ragu mengusung pola ofensif yang akan diusungnya.
Akan tetapi, jika menilai Tim Merah Putih masih inferior, pilihannya tentu memakai taktik dan pola yang lebih bertahan tanpa mengorban filosofi sepak bola menyerang. Hal inilah yang dilakukan Pastoor bersama Almere City FC. Dia beralih ke pola 3-4-1-2 dengan pertimbangan tersebut. Dia ingin timnya lebih baik dalam bertahan.

Perubahan itu didasarkan pada kesadaran Pastoor terhadap level persaingan yang lebih tinggi dan baru bagi Almere. Perlu diingat, itulah kali pertama Almere berkiprah di Eredivisie. Perubahan pola menjadi 3-4-1-2 membuat mereka punya tambahan kekuatan di pertahanan, terutama saat menghadapi lawan-lawan yang lebih kuat.
Satu hal yang pasti, Kluivert dan Pastoor tetap akan menekankan sepak bola menyerang dengan penguasaan bola dan pressing tinggi yang jadi elemen utama totaal voetbal. Patut dicatat pula, Kluivert dan Pastoor sama-sama sangat mengutamakan dominasi di lini tengah dan unggul dalam penguasaan bola.