Fakta Menarik Mika Biereth yang Langsung Moncer di AS Monaco

BACA JUGA

Football5Star.net, Indonesia – Di antara para pemain yang hijrah ke klub baru pada bursa transfer musim dingin, Januari lalu, Mika Biereth bisa dikatakan yang paling sukses pada saat ini. Diangkut dari Sturm Graz, dia langsung moncer berama AS Monaco. Suadh tampil dalam 7 pertandingan, striker asal Denmark itu mampu mengemas 7 gol.

Semua gol Biereth bersama Monaco dibuat dalam 5 laga di Ligue 1. Dia mencetak 1 gol saat Les Monegasques menghadapi Stade Rennes, lalu hat-trick di gawang AJ Auxerre dan FC Nantes. Torehan 7 gol dalam 5 laga itu jadi fakta menarik. Dia jadi pemain dengan koleksi gol terbanyak dalam 5 laga awal bersama Monaco di Ligue 1.

Mika Biereth saat AS Monaco melawan FC Nantes.
Getty Images

Sebelumnya, rekor adalah 6 gol dalam 5 laga. Rekor bukan milik Kylian Mbappe, Thierry Henry, Radamel Falcao, James Rodriguez atau Wissam Ben Yedder, melainkan dipegang Eric Pecout. Pada 5 laga awal, dia mencetak 1 gol di gawang Racing Strasbourg dan FC Sochaux, lalu mengemas quattrick kala berhadapan dengan AJ Auxerre.

Itu juga start terbaik dalam karier profesional Biereth. Saat bersama Sturm Graz, dia hanya mengemas 2 gol pada 5 laga awalnya di Bundeslliga Austria. Lalu, bersama Motherwell, dia mencetak 4 gol pada 5 laga awal di Premier League Skotlandia. Itu pun ada jeda 6 pekan antara laga pertama dan keduanya.

Kisah Unik Mika Biereth

Start apik bersama AS Monaco itu kian menambah fakta menarik Mika Biereth. Secara pribadi pun, pemain yang kini berulang tahun ke-22 pada 8 Februari lalu itu punya catatan unik. Meskipun berpaspor Denmark dan sudah membela timnas junior Denmark, dia ternyata tak pernah tinggal dan menuntut ilmu sepak bola di negeri itu.

Biereth lahir dan tumbuh di Inggris. Dia lahir di London pada 8 Februari 2003. Dia pun menuntut ilmu sepak bola di akademi milik Fulham hingga hijrah ke tim U-21 Arsenal pada 2021. Hal yang menarik, kedua orang tuanya tak ada yang berdarah Inggris. Ayahnya campuran Denmark dan Jerman, sementara ibunya dari Bosnia & Herzegovina.

Mika Biereth bersama timnas U-21 Denmark.
campo.dk

“Putusanku memilih Denmark dipengaruhi hubunganku dengan ayahku. Dialah orang pertama yang mengenalkanku pada sepak bola. Jadi, ini mungkin soal membuat dia dan keluarga bangga,” kata Mika Biereth soal putusannya memilih Denmark seperti dikutip Football5Star.net dari Bold.

Tumbuh di London, Biereth punya fakta menarik lain. Dia ternyata bersahabat dengan bintang timnas Jerman, Jamal Musiala. “Jamal Musiala adalah sahabatku. Kami tumbuh bersama dan bersekolah di sekolah yang sama. Dia benar-benar seperti saudara bagiku dan kami selalu berkomunikasi setiap hari,” kata dia kepada Tipsbladet pada Maret 2024.

Tak Berhasil di Arsenal

Bergabung dengan Arsenal pada 2021, ada harapan besar yang dibawa Mika Biereth. Tentu saja, dia ingin menembus skuad utama tim asuhan Mikel Arteta. Namun, torehan 12 gol dan 5 assist bersama tim U-21 Arsenal tak cukup membuat dia dilirik Arteta. Dia hanya 4 kali duduk di bangku cadangan dan sempat 3 kali dipinjamkan ke klub lain.

Masa peminjaman pertama dijalani Biereth bersama RKC Waalwijk di Eredivisie pada musim 2022-23. Dia hanya tampil dalam 13 laga dengan torehan 2 gol. Musim berikutnya, dia dipinjamkan ke Motherwell di Liga Skotlandia. Dia tampil dalam 15 laga dan mencetak 6 gol. Pada Januari 2024, dia lantas dipinjam Sturm Graz.

Mika Biereth gagal menembus tim utama Arsenal.
Getty Images

Di Sturm Graz, Biereth langsung jadi pemain andalan. Dia menjawab kepercayaan itu dengan mengemas 9 gol dalam 22 laga di semua ajang. Tak heran bila klub Austria itu lantas membelinya secara permanen dengan membayar 9 juta euro kepada Arsenal. Pada paruh pertama 20224-25, dia mengemas 14 gol dalam 25 laga sebelum dijual ke Monaco dengan harga 15 juta euro.

Mika Biereth mengaku sedih meninggalkan Arsenal, tapi pilihan bergabung secara permanen dengan Sturm Graz juga bukan putusan sulit karena masa pinjaman yang bagus. Di samping itu, dalam meniti kariernya, dia juga merasa lebih nyaman berada di Graz ketimbang London.

“Sebagai pemain muda, ada banyak gangguan di London. Beberapa adalah hal bagus, beberapa buruk. Di Graz, ini adalah kota yang jauh lebih kecil. Tak ada terlalu banyak peluang untuk melakukan hal-hal yang keliru,” ujar dia kepada One Football. “Gaya hidup di Graz berbeda. Kami punya tim muda, jadi tidak membosankan, malah lebih baik bagi pemain berumur 21 tahun.”

More From Author

Berita Terbaru