Football5Star.net, Indonesia – Final Liga Champions 2024-25 telah berlangsung di Stadion Allianz Arena, Munich, Minggu (1/6/2025) dini hari WIB. Paris Saint-Germain tampil perkasa dan merengkuh gelar juara dengan menang 5-0 atas Inter Milan yang pada semifinal secara sensasional menyingkirkan Barcelona.
Hasil laga PSG vs Inter di Allianz Arena itu memunculkan beberapa fakta menarik. Berikut ini, Football5Star.net menyajikan 5 fakta menarik soal laga final Liga Champions 2024-25 tersebut.
Kemenangan Terbesar di Final Liga Champions

Skor akhir 5-0 yang dibukukan Paris Saint-Germain atas Inter Milan adalah rekor baru di Liga Champions. Inilah kali pertama sebuah tim menjuarai Liga Champions dengan kemenangan selisih 5 gol atas sang lawan pada partai final. Sebelumnya, kemenangan terbesar adalah dengan selisih 4 gol.
Musim | Selisih | Partai Final | Keterangan |
2024-25 | 5 gol | Paris Saint-Germain 5-0 Inter Milan | – |
1959-60 | 4 gol | Real Madrid 7-3 Eintracht Frankfurt | – |
1973-74 | 4 gol | Bayern Munich 4-0 Atletico Madrid | Laga ulang, laga pertama 1-1 |
1988-89 | 4 gol | AC Milan 4-0 Steaua Bucuresti | – |
1993-94 | 4 gol | AC Milan 4-0 Barcelona | – |
Tradisi Final di Munich
Kemenangan Paris Saint-Germain atas Inter Milan menguatkan tradisi final Liga Champions yang berlangsung di Munich, Jerman. Setiap kali berlangsung di kota itu, selalu muncul juara baru. Rinciannya, 3 kali juara baru lahir di Stadion Olimpoade dan 2 kali juara anyar muncul di Allianz Arena.
Musim | Final | Stadion |
1978-79 | Nottingham Forest 1-0 Malmoe FF | Olimpiade |
1992-93 | Olympique Marseille 1-0 AC Milan | Olimpiade |
1996-97 | Borussia Dortmund 3-1 Juventus | Olimpiade |
2011-12 | Chelsea 1-1 Bayern Munich (adu penalti 4-3) | Allianz Arena |
2024-25 | Paris Saint-Germain 5-0 Inter Milan | Allianz Arena |

PSG Raih Trebe Winners
Hasil final Liga Champions di Allianz Arena memunculkan satu fakta menarik. Berkat kemenanga 5-0 atas Inter Milan, Paris Saint-Germain memastikan diri meraih treble winners. Sebelumnya, mereka menjuarai Ligue 1 dengan keunggulan 19 poin atas sang runner-up, Olympique Marseille. Mereka juga lantas menjuarai Coupe de France dengan kemenangan 3-0 atas Stade de Reims pada laga final.
PSG jadi klub Prancis pertama yang meraih treble winners. Adapun di Eropa, Les Parisiens adalah klub ke-9 yang membukukan prestasi langka tersebut. Sementara itu, bagi sang pelatih, Luis Enrique, ini adalah treble winners ke-2. Sebelumnya, dia melakukan hal itu pada 2014-15 bersama Barcelona. Dia menyamai Pep Guardiola sebagai pelatih yang membawa 2 klub merebut prestasi ini. Guardiola melakukan hal itu bersama Barcelona pada 2008-09 dan Manchester City pada 2022-23
Musim | Klub | Asal Negara | Pelatih |
1966-67 | Celtic FC | Skotlandia | Jock Stein |
1971-72 | AFC Ajax | Belanda | Stefan Kovacs |
1987-88 | PSV Eindhoven | Belanda | Guus Hiddink |
1998-99 | Manchester United | Inggris | Sir Alex Ferguson |
2008-09 | Barcelona | Spanyol | Pep Guardiola |
2009-10 | Inter Milan | Italia | Jose Mourinho |
2012-13 | Bayern Munich | Jerman | Jupp Heynckes |
2014-15 | Barcelona | Spanyol | Luis Enrique |
2019-20 | Bayern Munich | Jerman | Hansi Flick |
2022-23 | Manchester City | Inggris | Pep Guardiola |
2024-25 | Paris Saint-Germain | Prancis | Luis Enrique |
Dominasi Pelatih Asing

Hasil laga Paris Saint-Germain vs Inter Milan pada final Liga Champions 2024-25 juga memunculkan fakta menarik soal pelatih tim juara. Sejak 2007-08, sebanyak 11 dari juara ditangani pelatih asing. Menariknya, anomali terjadi hanya pada dua klub, yakni Barcelona dan Bayern Munich. El Barca 2 kali juara bersama Pep Guardiola dan sekali jadi kampiun bersama Luis Enrique. Sementara itu, Die Roten menjadi yang terbaik saat ditangani Jupp Heynckes dan Hansi Flick.
Fakta ini berkebalikan dengan 52 edisi sebelumnya. Dari 1955-56 hingga 2006-07, tercatat 35 tim (67,3%) tampil sebagai juara ajang ini saat ditangani pelatih lokal. Bahkan, dari 1983-84 hingga 1990-91, tim yang menjuarai Liga Champions selalu ditangani pelatih dari negeri sendiri.
Deja Vu Musim 1992-93

Hasil final Liga Champions 2024-25 bak sebuah deja vu dari final yang terjadi pada 1992-93. Ada beberapa kesamaan di antara kedua final itu. Pertama, final sama-sama digelar di Munich, Jerman. Bedanya, pada 1992-93, partai puncak dilangsungkan di Stadion Olimpiade, bukan Stadion Allianz Arena yang memang baru berdiri pada 2005.
Kesamaan berikutnya, final menautkan klub asal Italia dengan klub asal Prancis. Pada 1992-93, AC Milan berhadapan dengan Olympique Marseille, sementara pada 2024-25, Inter Milan melawan Paris Saint-Germain. Hasilnya, tim Prancis menang dengan clean sheet. Pada final, klub Prancis ditangani pelatih asing, sedangkan klub Italia dipimpin pelatih lokal. Pada 1992-93, Marseille dilatih Raymond Goethals dari Belgia, sedangkan Milan ditangani Fabio Capello. Adapun musim ini, PSG dilatih Luis Enrique, sedangkan Inter ditangani Simone Inzaghi.
Kesamaan lainnya, Marseille dan PSG sama-sama merebut gelar juara Liga Champions saat menjalani final kedua. Sebelum juara pada 1992-93, Les Pocheens kalah dari Crvena Zvezda pada final musim 1990-91. Mereka kalah adu penalti 3-5 setelah imbang 0-0. Sementara itu, PSG sebelumnya kalah 0-1 dari Bayern Munich pada final Liga Champions 2019-20.
